javascript:void(0)

Tuesday 15 November 2011

Belajar Karena......................................

Belajar Karena Tuhan

Belajar itu adalah diperintahkan .Menjadi orang pandai adalah dikehendaki .Ilmu adalah sangat diperlukan dalam kehidupan.Tapi menjadi orang pandai itu kalau bukan atas nama Tuhan ia merusakkan.
Banyak orang pandai yang ego, sombong, rasa istimewa .Ilmu digunakan untuk kepentingan diri
untuk mencari rezeki

Mencari kekayaan adalah dibolehkan.Harta juga bisa membuat kemajuan,bisa membantu orang
Dengan harta bisa membuat kebaikan,
bisa mengeluarkan zakat yang diwajibkan
Tetapi menjadi kaya jarang orang selamat
Sebagian besar menjadi sombong, tamak, bakhil,
tidak peduli orang
Perangainya pun mudah berubah
dari baik menjadi jahat
Berfoya-foya amat dekat dengan kekayaan
Akhirnya dengan kekayaan itu berlakulah
pemubaziran yang dimurka Tuhan

Mendapat pangkat atau jabatan tinggi memang
diperbolehkan
Dengan jabatan bisa melayani masyarakat
Bisa menolong orang dan membantunya dengan
pengaruh jabatan
Walaupun begitu, tak selalu begitu
Memiliki jabatan, berlakulah mementingkan diri
Di situlah suap, di situlah marah-marah,
sikap pun berubah
Banyak pula yang menjadi sombong
Susah untuk duduk bersama orang bawah
Rupanya nikmat dunia selalu saja merusakkan
manusia
Kalau ia diperoleh bukan karena Tuhan

Rupanya karena Tuhan itu sangat penting
Sesuai pengakuan kita dalam sembahyang
Hidup matiku adalah karena ALLAH
Mencari ilmu dan semua hal lainnya haruslah atas
nama ALLAH
Begitulah arahan Tuhan melalui surat Al Alaq
Agar tujuan hidup kita tidak diselewengkan

(Syeikh Imam Ashaari Muhammaf At Tamimi)

Mengapa Perlu Cinta dan Takut pada ALLAH

ALLAH segala-galanya. ALLAH itu penyelamat, pelindung, pendidik, pemberi hidayah, pemberi rizki dan kawan setia kita. Kalau kita paham dan hayati itu, akan datang kasih sayang. Cinta kepada selain ALLAH tidak salah tetapi jangan mengatasi cinta kepada ALLAH. Tidak salah cinta kepada isteri, orang tua dan anak, tetapi jangan mengatasi cinta kepada ALLAH. ALLAH mewajibkan kita mencintai- Nya.
Mengapa kita disuruh cinta kepada ALLAH sedangkan ALLAH Maha Sempurna? Apakah ALLAH suruh kita mencintai- Nya untuk meninggikan derajatNya? ALLAH sudah sempurna. Ke-Mahasempurnaan ALLAH kekal dan azali. Tidak berkurang dan tidak bertambah. Cinta kita bukan untuk meninggikanNya. Kalau kita tidak cinta, tidak puji, tidak sembah, atau kita caci maki, ALLAH tidak tergugat dan tidak cacat. Berbeda dengan manusia. Manusia bila dihina dia cacat bila dipuji dia terangkat.
ALLAH yang menjadikan manusia, maka ALLAH tahu apa keperluan manusia lahir dan batin (rohaniah). ALLAH jadikan sebab-sebabnya supaya keperluan itu tercukupi. ALLAH mewajibkan kita cinta kepada ALLAH, di situlah datang rahmat dari ALLAH. Sebab manusia yang cinta kepada ALLAH, akan otomatis cinta kepada makhluk ALLAH terutamanya sesama manusia.
Artinya hamba ALLAH yang mencintai ALLAH niscaya perikemanusiaannya sangat tinggi. Dia pengasih pada orang lain, bertimbang rasa, kasihan, tidak bisa mendengar orang susah, sangat mengutamakan orang, sangat bekerjasama, suka menghibur orang, suka memaafkan dan meminta maaf dan sebagainya. Ini keperluan manusia. ALLAH tidak perlu cinta manusia. Kalau manusia tidak cinta ALLAH maka hilanglah perikemanusiaan seperti terjadi hari ini. Kalau sudah tidak cinta ALLAH, hidup individualistis, bagaimana hendak bekerja sama dengan orang lain? Ini yang terjadi. Bukan diri saja yang susah, masyarakat pun susah karena perikemanusiaan sudah tidak ada. Cinta sesama manusia sudah tidak ada karena terputus cinta dengan ALLAH.
ALLAH tahu rahasia ini, sebab itu ALLAH suruh cinta kepada- Nya karena efeknya pada manusia bukan pada ALLAH. Efek itulah yang menguntungkan manusia. ALLAH tahu bila cinta kepada ALLAH, terjadilah cinta sesama manusia. Di situlah untungnya manusia karena cinta-mencintai datang kasih sayang, bekerja sama, rasa bersama dan di situlah kebahagiaan.
ALLAH juga memerintahkan manusia untuk takut kepada-Nya. Mengapa demikian? Apakah ALLAH memerlukan takut manusia ini? Maha Suci ALLAH dari memerlukannya.
Bila manusia paham dan menghayati kehebatan, ke-Mahakuasaan, kegagahan, dan keadilan ALLAH maka dia akan takut kepada ALLAH. Jika senantiasa merasa diawasi ALLAH, maka dia tidak akan be-rani melanggar hukumhukum ALLAH dan peraturan manusia yang tidak bertentangan dengan aturan ALLAH. Di mana pun dan kapan pun. Dia tidak akan sanggup menyakiti seluruh makhluk ciptaan ALLAH. Dia tidak akan sanggup berbuat mungkar dan maksiat, baik yang lahir maupun batin, karena dia tahu keadilan ALLAH dalam membalas setiap perbuatan mungkar dan maksiat.

Menjadikan Kuliah Sebagai Ibadah

Dalam masyarakat, termasuk di kalangan ulamaulama serta mubaligh-mubalighnya, sepertinya telah menjadi darah daging sebuah pernyataan yaitu: "Kejarlah akhirat, tapi kejar pula dunia. Fifty-fiftylah, 50% untuk dunia, 50% untuk akhirat". Pada mereka yang berfahaman fifty-fifty ini hanya dengan melaksanakan sembahyang, haji, puasa, doa, baca Al Quran itu saja yang dikiranya amalan akhirat. Sedangkan bila bertani, berdagang, berkebun, berternak, menjadi pejabat, pekerja pabrik, memimpin masyarakat dianggap sebagai amalan dunia. Dengan demikian amalan dunia itu tidak perlu lagi diselaraskan dengan ajaran Islam. Seolah-olah amalan dunia dan amalan akhirat itu terpisah. Perkara dunia sendiri, perkara akhirat sendiri.
Kekeliruan ini perlu dibetulkan. Mari bersama-sama kita kaji ketidakbenaran dalam memberikan pengertian dunia dan akhirat. Sebelum itu, mari kita lihat pengertiannya yang sebenarnya satu persatu.
Apa itu dunia? Dunia yang dimaksudkan di sini ialah sesuatu yang dibuat atau dikerjakan yang tidak mendatangkan pahala di akhirat atau tidak mendapat keredhoaan ALLAH SWT.
Apa itu akhirat? Akhirat ialah sesuatu perkara yang dibuat atau yang dikerjakan sehingga kita mendapat pahala dan ganjaran atau mendapat keredhaan ALAH SWT. Amalan atau pekerjaan akan menjadi amalan akhirat bila mengikuti lima syarat berikut:
1. Niatnya betul.
2. Perkara yang hendak dilakukan tidak melangar syariat
3. Pelaksanaan mengikuti syariat
4. Hasilnya tidak digunakan untuk hal yang melanggar syariat
5. Tidak meninggalkan ibadah asas dalam ajaran Islam (Shalat, Puasa, Zakat).

Tegasnya, sesuatu perkara atau pekerjaan yang kita laksanakan akan jadi amalan akhirat (diberi pahala) bila memenuhi lima syarat tadi. Jika sebaliknya, jadilah amalan itu sebagai amalan dunia. Artinya tidak mendapat keredhaan ALLAH SWT (ia tidak dapat pahala). Bahkan adakalanya amalan tersebut bisa membawa kepada dosa.
Sekarang kita lihat bagaimana kegiatan kuliah yang kita jalani bisa menjadi sebuah ibadah kepada ALLAH dan menjadi amalan akhirat.
1. Niatnya betul Niat yang benar dalam menuntut ilmu adalah untuk merasakan kebesaran Tuhan. Boleh juga berniat untuk melepaskan diri dari kebodohan atau menuntut ilmu fardhu kifayah sehingga dapat menyelesaikan masalah umat Islam dalam bidang ekonomi, sains dan teknologi, dan seni budaya. Jangan belajar karena menginginkan gaji, nama atau pangkat, untuk bermegah-megah dan ingin masyhur. Ketika diniatkan besok kalau lulus bisa kerja di perusahaan multi nasional dan bisa dapat gaji, maka kuliah selama 4 tahun (kalau lancar) hanya akan jadi amalan dunia dan tidak akan berarti apa-apa di akhirat.
2. Ilmu yang dipelajari mesti sah mengikut syariat dan tidak melanggar syariat. Contohnya: ilmu usuluddin, fiqih, kedokteran, engineering, pertambangan, dan lain-lain. Jangan belajar ilmu yang haram seperti ilmu sihir.
3. Pelaksanaannya mengikuti syariat Islam. Umpamanya tidak bergaul bebas lelaki Perempuan, tidak membuka aurat.
4. Hasil dari belajar tadi, ilmunya digunakan untuk manfaat diri dan masyarakat. Masyarakat jadi cerdik dan tidak jahil dengan adanya mereka. Baik dengan lahirnya pakar-pakar dalam Ilmu Islam atau ilmu kemahiran seperti engineer, perawat, dokter, guru, peneliti, dan berbagai spesialisasi lainnya. Dengan demikian, semua ini dapat membantu membangun syiar Islam di semua aspek kehidupan dan Islam akan jadi mulia dengan adanya ahli-ahli ilmu yang bertanggungjawab.
5. Dalam belajar tadi, jangan sampai meninggalkan ibadah-ibadah yang asas seperti mempelajari ilmu fardhu ain, sembahyang, dan puasa. Terkadang, karena sibuk belajar dalam kuliah atau mengerjakan tugas, shalat kita lalaikan atau dilaksanakan di akhir waktu. Jika demikian adanya, walaupun 4 syarat terdahulu sudah dapat dilaksanakan tetapi ketika syarat terakhir ini diabaikan maka belajar kita hanya akan jadi amalan dunia saja.

Rasulullah SAW dan Seorang Budak Kecil

Rasulullah SAW dan Seorang Budak Kecil
Pada suatu hari Rasulullah SAW sedang berjalan menuju pasar. Di tengah jalan baginda bertemu dengan seorang anak kecil yang sedang menangis. Rasulullah pun berhenti sejenak dan bertanya pada anak tersebut: “Wahai anak kecil, mengapa engkau menangis?”

Anak itu menjawab: “Aku adalah seorang hamba sahaya. Tuanku memerintahkan aku membeli barang ke pasar, tapi karena kesalahanku aku menghilangkan uang yang telah diberikan majikanku. Aku takut pulang dengan tangan kosong karena tuanku pasti marah”
Rasulullah segera memberikan uang pada anak itu untuk mengganti uangnya yang hilang. Dengan lembut beliau berkata, “Terimalah uang ini sebagai pengganti uangmu yang hilang.”
Anak itu pun segera menerimanya dengan suka hati. Kemudian Rasulullah segera melanjutkan perjalanannya ke pasar untuk membeli keperluannya. Setelah selesai berbelanja beliau pun pulang. Tapi di tengah jalan kembali baginda bertemu dengan anak tadi. Anak itu sedang menangis.
Rasulullah segera menegurnya, “Wahai anak kecil, mengapa engkau belum pulang? Bukankah keperluanmu sudah engkau dapatkan? Apakah yang menyebabkan hatimu sedih?” Anak itu menjawab, “Aku sudah membeli barang pesanan tuanku. Tapi sekarang aku takut pulang karena terlambat. Tuanku pasti marah dan dia akan memukulku.”
Rasulullah merasa kasihan. Beliau berkata, “Jika begitu marilah aku antar pulang. Semoga tuanmu tidak memarahimu jika engkau kuantar.” Anak itu segera berdiri dengan hati lega dan mereka pun berjalan menuju rumah majikan anak itu. “Assalamu’alaikum,” Rasulullah mengucapkan salam di depan pintu rumah anak itu. Tak ada jawaban. Rasulullah mengulang salamnya hingga tiga kali barulah terdengar jawaban, “Wa’alaikum salam ya Rasulullah.” Tuan rumah pun membuka pintu,
“Kami mohon maaf karena baru kali ketiga salam tuan kami jawab. Kami hanya ingin Rasulullah mendoakan kami sebanyak-banyaknya melalui salam tersebut. Ada keperluan apakah Rasulullah sendiri datang ke rumah kami?”
Rasulullah menjawab: “Aku mengantar anak ini pulang. Tadi dia menangis di jalan. Dia takut karena terlambat pulang. Dia bilang, majikannya pasti akan memukulnya. Jika memang begitu, aku bersedia menjadi pengganti anak ini. Kalian boleh memukulku.”
Beliau segera menyingsingkan bajunya dan terlihat sebagian punggung Rasulullah yang putih. Majikan anak tersebut menjadi ketakutan dan bingung. Dengan gemetar dan menangis mereka berkata: “Celaka kami jika kami menyakiti Tuan. Tidak, kami tak akan memarahi anak itu. Untuk seterusnya kami tak akan memukulnya lagi.”
Dengan lega Rasulullah menutup kembali bajunya dan setelah beramah tamah sejenak, beliau segera pulang.

No comments:

Post a Comment